I. PENGERTIAN
PSKOTERAPI
Pengertian Psikoterapi menurut para ahli
:
1. Watson & Morse (1977)
psikoterapi merupakan bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan
terapis pada mana pasien memulai interaksi karea ia mencari bantuan psikologik
dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk
membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya
dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.
2. Corsini (1989) psikoterapi
adalah pross formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya
terdiri dari satu orang tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau
lebih pada setiap pihak dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak
menyenangkan (Distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan
atau malfungsi pada salah satu bidang berikut yaitu fungsi kognitif, fungsi
afektif atau fungsi perilaku.
3. Ivey & Simek-Downing (1980)
psikoterapi adalah proses jangka panjang berhubungan dengan upaya
merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur
kepribadian.
Tujuan Psikoterapi
1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) yaitu membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadian dilakukan terhadap
kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari
konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
psikoanalisis menurut Corey (1991) yaitu membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang ditekan
melalui pemahaman intelektual.
3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
Rogerian terpusat pada pribadi, menurut Ivet, et al (1987) yaitu untuk
memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri
arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau ideal dan
mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang
unik
4. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
terpusat pada pribadi menurut Corey (1991) yaitu untuk memberikan suasana aman,
bebas agar klien mengeksplorasi diri dengan enak.
5. Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan behavioristik menurut Ivet, et al (1987) yaitu untuk menghilangkan
kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang
lebih bisa menyesuaikan.
6. Tujuan psikoterapi dengan metode dan
teknik Gestalt yang dirumuskan oleh Ivey, et al (1987) yaitu agar seseorang
menyadari mengenai khidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupanya.
Unsur-unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (Karasu, 1984)
melaporkan bahwa ada 7 parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim
pada semua jenis psikoterapi yaitu :
1. Peran sosial (Martabat) psikoterapis
2. Hubungan (Persekutuan terapiutik)
3. Hak
4. Restropektif
5. Re-edukasi
6. Rehabilitasi
7. Resosialisasi dan rekapitulasi
Perbedaan antara Psikoterapi dan
Konseling
Konseling menurut Schertzer dan Stone
(1980) adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dengan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai
yang diyakini sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam
Phares dan Trull, 2011) mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk
perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional.
Dari definisi diatas diperoleh bahwa
perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling yaitu :
Konseling lebih terfokuskan pada
interaksi antara konselor dengan konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan
serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseling berlangsung
serta memberikan solusi agar konseli dapat memahami lingkungannya dan dapat
menentukan tujuannya berdasarkan nilai yang diyakininya.
Psikoterapi lebih terfokus pada
treatment terhadap suatu masalah yang sifatnya emosional dan lebih dapat
diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan untuk menghilangkan
simptom-simptom yang dianggap mengganggu dan perkembangan kepribadian kearah
yang positif.
Pendekatan terhadap mental illness
1. Psikoanalisis dan Psychodinamic
Berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan
pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran
bawah sadarnya untuk mendapat solusi.
2. Behavior therapy
Berfokus dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh proses pembelajaran seumur hidupnya. Manusia bertindak secara
otomatis karena membentuk asosiasi (Hubungan sebab akibat atau aksi reaksi).
3. Cognitive therapy
Penyebab disfungsi pikiran dan menyebabkan disfungsi
perilaku. Tujuan utamanya yaitu mengubah pola pikir dengan cara mengubah serta
meningkatkan kesadaran dalam pola pikir rasional.
4. Humanistic therapy
Setiap manusia itu unik dan setiap manusia itu
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
5. Integrative therapy
Apabila seorang klien mengalami komplikasi gangguan
psikologis yang namanya tidak cukup bila ditangani oleh satu metode psikoterapi
saja.
II. TERAPI
PSIKOANALISIS
Terapi Psikoanalisis menekankan fungsi
pemecahan masalah dari segi ego yang berlawanan dan agresif dari id, serta
teknik yang dilakukan dengan cara menggali permasalahan atau pengalaman masa
lalu dan dorongan yang tidak disadari.
Konsep dasar teori Psikoanalisis tentang
kepribadian
Freud mengemukakan tiga struktur
kepriadian yaitu id, ego dan superego. Ketiganya diyakini terbentuk secara
mendasar pada usia tujuh tahun.
- Id : Merupakan bagian dari
komponen kepribadian yang dibawa sejak lahir dari seornag individu.
Merupakan suatu komponen primitif dan naluriah, menurut Freud id adalah sumber
segala energi psikis sehingga merupakan komponen utama kepribadian. Id didorong
oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk mendapatkan kesenangan segera dari
semua keinginan dan kebutuhan.
- Ego : Prinsip kepribadian jenis
ego ini adalah mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan
yang ada. Ego dimulai serta dibawa sejak lahir tetapi berkembang bersamaan
dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya.
- Superego : Sistem kepribadian
yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif
(Menyangkut baik buruk) . merupakan aspek kepribadian yang menampung semua
standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari orang tua dan
masyarakat.
Unsur-unsur terapi
1. Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan
penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih
mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat
konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang
serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri
klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka
klien akan lebih siap.
3. Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran
diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak
mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada
cerita klien.
Teknik terapi
1. Asosiasi Bebas
Dalam teknik ini klien diminta untuk
duduk santai atau tidur lalu menceritakan semua pengalaman yang terlintas dalam
benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele atau penting, logis atau
tidak logis, relevan atau tidak, semuanya harus diungkapkan. Asosiasi-asosiasi
yang diucapkan itu kemudian ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar pengalaman-pengalaman
yang direpres.
2. Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan
utama menuju ke alam tak sadar karena isi mimpi ditentukan oleh
keinginan-keinginan yang direpres. Keinginan-keinginan itu muncul lagi dalam
bentuk simbol sebagai jalan menuju pemuasan. Berawal dari ketidakpuasan Freud
terhadap metode terapeutik konvensional yaitu, perangsangan listrik,
hidroterapi, pijat dan sebagainya, kemudian Freud beralih menggunakan hipnosis
untuk tujuan katarsis. Pendekatan terapeutiknya adalah menghipnosis pasien dan
menyuruhnya berbicara tentang asal mula dari setiap simtomnya. Ia menanyakan
apa yang menakutkan pasien ketika peristiwa itu terjadi, dan sebagainya. Pasien
menjawab dengan mengemukakan serangkaian ingatan yang sering dibarengi oleh afek
yang hebat. Pada akhir sesi tertentu, Freud mengemukakan bahwa pasien melupakan
ingatan-ingatan menggelisahkan yang telah muncul.
3. Penafsiran atau Interpretasi
Penafsiran merupakan prosedur dasar di
dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resitensi dan transferensi.
Caranya dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan dan
mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam
mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan
mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut.
Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak
terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
4. Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.
Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan dan pengalaman tertentu.
Freud memandang bahwa resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh
klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang
akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang
direpress tersebut. Dalam tingkat tertentu, resistensi itu ada dari awal sampai
akhir perawatan. Resistensi mempertahankan status quo neurosis pasien.
Resistensi menentang analis, pekerjaan analitik, dan ego rasional pasien.
Resistensi adalah suatu konsep operasional, bukan sesuatu yang baru diciptakan
analis. Situasi analitik menjadi arena di mana resistensi-resistensi itu
mengungkapkan dirinya.
5. Analisis Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan
dua hal inti dalam terapi psikoanalisis. Transference dalam arti sebenarnya
adalah suatu bentuk ingatan dari kejadian-kejadian yang telah dialami dan yang
diulang kembali dalam keadaan sekarang atau yang akan datang (Gunarsa, 2001).
Analisis transferensi terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya
dispalcement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan
sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada terapis yang menanganinya.
Transferensi itu menunjukkan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan
kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapis sering jadi
sasaran atau pengganti. Di sini terapis berusaha untuk menjelaskan
perasaan-perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikannya pada terapis,
sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang
sedang dialami. Situasi transferensi penting untuk psikoanalisis. Perasaan
transferensi diperoleh terapis dan hanya dipindahkan kepadanya dari pengalaman
pasien sebelumnya, biasanya pengalaman dengan orang tuanya. Dengan kata lain,
perasaan pasien terhadap analis adalah sama dengan perasaan sebelumnya terhadap
salah satu atau kedua orang tua. Sejauh perasaan ini memanifestasikan dirinya
sebagai perhatian atau cinta (transferensi positif), maka transferensi tidak
mengganggu proses perawatan, bahkan menjadi sekutu yang berpengaruh terhadap
proses terapeutik. Transferensi positif memungkinkan pasien untuk menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dalam iklim perawatan analitik
yang tidak mengancam. Akan tetapi, transferensi negative dalam bentuk
permusuhan harus diketahui terapis dan menjelaskan kepada pasien supaya ia
dapat mengatasi setiap resistensi terhadap perawatan.
III. TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Dasar terapi Humanistik adalah penekanan
keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecendrungan alami
dalam pertumbuhan dan pewujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak
mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar
kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya
sendiri. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi Humanistik ini adalah
Terapi yang berpusat kepada klien Client-Centered Theraphy.
Konsep dasar teori Eksistensial tentang
kepribadian
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia dapat berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan
manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Pada hakikatnya semakin tinggi
kesadaran seseorang maka semakin dia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan
kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup
secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang
membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan
kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tangung
jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi bagian dasar bagi manusia. Kecemasan
adalah suatu karakteristik dasar manusia yang dimana merupakan sesuatu yang
patologis, sebab dia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan kepribadian.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti lain bahwa
selalu berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang
akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam
pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia
adalah mahluk yang rasional dan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Unsur-unsur terapi
1. Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan
penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih
mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat
konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang
serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri
klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka
klien akan lebih siap.
3. Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran
diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak
mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan
klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
Teknik-teknik terapi
Teknik yang dianggap tepat untuk
diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, metode
penanaman pemahaman masalah klien sendiri sehingga dirinya dapat menerima
dirinya sepenuhnya dan menjadi seorangan yang adequate. Untuk mencapai itu
konselor hanya menerima apa yang diucapkan oleh klien dan merespon dengan sikap
positif dan ekspesif atau emphatik, dan memberikan penghargaan tak bersarat
pada klien. Maka, jelas pada pendekatan ini yang lebih aktif adalah klien.
Karena konselor hanya sebagai cermin, tempatnya merefleksikan dan melihat
proyeksi diri.
Teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6. Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan
apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
IV. PERSON CENTERED THERAY (ROGERS)
Pendekatan terapi person centered
menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya
dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan
mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi
permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut
menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.
Konsep dasar pandangan Rogers tentang
kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul
dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering
memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
1. Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi
individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya,
kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis.
Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku
orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total
lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu –
satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
2. Realitas
Untuk tujuan psikologis, realitas pada
dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan
sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat
tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan
bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang
wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai
untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang
untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh
karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut
sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
3. Organisme Bereaksi sebagai
Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena
harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang.
Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih
penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk
di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan
diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya
lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
4.Organisme mengaktualisasi
kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Ini adalah prinsip utama dalam tulisan –
tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney,
dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak
dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan
keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas
dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat
daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum
untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.
5. Frame Internal Referensi
Ini adalah bidang persepsi individu. Ini
adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan
melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan
internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku
seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal
perilaku, sikap, dan kepribadian.
6. Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada gesalt,
terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau
“saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan
berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada
persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
7. Symbolization
Ini adalah proses di mana individu
menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman
berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar
akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu
cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang
pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai
terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh
perhatian dan tertarik.
8. Penyesuaian Psikologis &
Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau
kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri.
Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan
memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak
atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan
kondisi penyesuaian psikologis.
9. Organismic Valuing Process
Ini adalah proses yang berkelanjutan di
mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat
penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di
tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya
benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.
10. The Fully Functioning Person
Rogers mendefinisikan mereka yang
bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person.
Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran
bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
Unsur-unsur terapi
1. Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat
holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada
teknik–teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian
menunjukkan bahwa sikap–sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada
klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik–teknik yang mereka miliki.
Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka
menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga
menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan
merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah
dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan
agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan
kesabaran adalah esensial.
2. Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak
dapat memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada
pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni
pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis
memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya
berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian
dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis
memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan
pasien tanpa memberi penilaian.
Teknik-teknik terapi
Terapi ini tidak memiliki metode atau
teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan
klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan
yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi
area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis
memandang klien sebagai narator aktif yang membangun terapi secara interaktif
dan sinergis untuk perubahan yang positif. Dalam terapi ini pada umumnya
menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan
perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun
tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya
atau menggali informasi. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan
terapi jauh lebih penting daripada teknis. Terapis harus membawa ke dalam
hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut;
1. Menerima
Terapis menerima pasien dengan respek
tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien
dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi
kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman
dirinya dan perubahan yang positif.
2. Keselarasan (congruence)
Terapis dikatakan selaras dalam
pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa
yang dikatakannya.
3. Pemahaman
Terapis mampu melihat pasien dalam cara
empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
4. Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat
khas ini
Terapis mampu mengkomunikasikan
penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga
membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
5. Hubungan yang membawa akibat
Suatu hubungan yang bersifat mendukung
(supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari
teknik-teknik diatas.
REFERENSI