TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI
A. ALIRAN PSIKOANALISA
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund
Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di
London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya
dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan
“psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian
hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga
meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler,
yang menciptakan nama “psikologi analitis” (en: Analitycal psychology) dan
“psikologi individual” (en: Individual psychology) bagi ajaran masing-masing.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: suatu metoda penelitian dari pikiran;
suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia; dan suatu metoda
perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis
yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan
perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut
“psikoanalitis” berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam.
Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud
telah menjadi basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar
dalam psikologi. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada
metoda penelitian terhadap perkembangan anak.
STRUKTUR KEPRIBADIAN DAN TERAPI
a. Struktur kepribadian
Menurut freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkatan kesadaran, yakni sadar (en:conscious), prasadar (en:preconscious),
dan tak-sadar (unconscious).
Aliran psikoanalisis Freud merujuk pada suatu jenis perlakuan dimana orang yang
dianalisis mengungkapkan pemikiran secara verbal, termasuk asosiasi bebas,
khayalan, dan mimpi, yang menjadi sumber bagi seorang penganalisis merumuskan
konflik tidak sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan
karakter pada pasien, kemudian menginterpretasikannya bagi pasien untuk menghasilkan
pemahaman diri untuk pemecahan masalahnya.
b. Terapi
Intervensi khusus dari seorang penganalisis
biasanya mencakup mengkonfrontasikan dan mengklarifikasi mekanisme pertahanan,
harapan, dan perasaan bersalah. Melalui analisis konflik, termasuk yang
berkontribusi terhadap daya tahan psikis dan yang melibatkan tranferens kedalam
reaksi yang menyimpang, perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana
pasien secara tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri:
bagaimana reaksi tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh
pengalaman kemudian menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki. Terapi
dihentikan atau dianggap selesai saat pasien mengerti akan kenyataan yang
sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari
bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar
untuk menghentikan perilaku itu.
Psikonaliasis disebut-sebut sebagai kekuatan pertama dalam aliran psikologi. Aliran
ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1890-an oleh Simund Freud, seorang
ahli neurologi yang berhasil menemukan cara-cara pengobatan yang efektif bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan gejala neurotik dan histeria melalui
teknik pengobatan eksperimental yang disebut abreaction, sebuah kombinasi
antara teknik hipnotis dengan katarsis, yang dia pelajari dari senior sekaligus
sahabatnya, Dr. Josef Breuer. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani
pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya,
:”Studies in Histeria”. Kerjasamanya dengan Jean Martin Charcot, dokter syaraf
terkenal di Perancis, dia banyak menggali tentang gejala-gejala psikosomatik
dari pasien-pasien yang mengalami gangguan seksual.
Teori yang Dihasilkan Oleh Psikoanalisa:
Freud berhasil mengembangkan teori kepribadian yang
membagi struktur mind ke dalam tiga bagian
a. consciousness (alam sadar),
b. preconsciousness (ambang sadar) dan
c. unconsciousness (alam bawah sadar).
Dari ketiga aspek kesadaran,
unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan
perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan
ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness
berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau
ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari
mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Freud
mengembangkan konsep struktur mind tersebut dengan mengembangkan “mind
apparatus”, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi
konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah struktur
paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut
prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur kepribadian
yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego,
berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego
merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta
moral.
Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego
menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan
antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi
dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka
menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri.
Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam,
seperti : identifikasi, proyeksi, fiksasi, agesi regresi, represi.
Pemikiran Psikoanalisis dari Freud semakin terus berkembang, Alfred Adler
(1870-1937), sebagai pengikut Freud yang berhasil mengembangkan teorinya
sendiri yang disebut dengan Individual Psychology. Konsep utama Adler adalah
organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena
kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan
menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya
perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas
perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun
membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tersebut.
Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu
dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini
sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang
hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang
ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan lebih
optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan
dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
Carl Gustav Jung (1875-1961), salah seorang murid Freud yang kemudian berhasil
mengembangkan teorinya sendiri yang disebut Analytical Psychology. Jung menekankan
pada aspek ketidakadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep
ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan
melalui struktur otak manusia yang tidak berubah.
Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi
terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada
orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini
menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan
kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial
images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang
dalam kurun waktu yang lama.
Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow,
self. Archetype inilah yang menjadi isiIunconsciousness. Hingga saat ini di
Amerika Serikat tercatat sekitar 35 lembaga pelatihan Psikoanalisis yang telah
terakreditasi oleh American Psychoanalytic Association dan terdapat lebih dari
3.000 lulusannya yang menjalankan praktik psikoanalisis. Pemikiran
psikoanalisis tidak hanya berkembang di Amerika di hampir seluruh belahan Eropa
dan belahan dunia lainnya.
Beberapa teori yang dihasilkan dari kalangan psikoanalisis, diantaranya :
(1) teori konflik;
(2) psikologi ego;
(3) teori hubungan-hubungan objek;
(4) teori struktural; dan sebagainya
Terlepas dari kontroversi yang menyertainya,
psikoanalisis merupakan salah satu aliran psikologi yang telah berhasil menguak
sisi kehidupan manusia yang tidak bisa diamati secara inderawi. Psikoanalisis
telah mengantarkan pelopornya, yaitu Sigmund Freud sebagai salah satu tokoh
psikologi yang paling populer di Amerika pada abad ke-20.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
a.Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika
individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b.Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan,
dengan belajar.
c.Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari
superego terhadap id dan ego.
d.Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada
mentalnya.
e.Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan
dan keinginan.
B. ALIRAN
BEHAVIORISTIK
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure
subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara keras menolak
unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan
membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian,
Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang
dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih
jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan
diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh
kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif. Fungsionalisme Menjadi
dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme,
yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di
University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih
proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan
bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh
dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada
fungsionalisme.
PRINSIP ALIRAN BEHAVIORISME
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri,
bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk
fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
Penganjur utama adalah Watson: overt, observable
behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem
ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup
studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak
seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun
fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang
terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991)
membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang
lebih belakangan. Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan
pada pengingkaran terhadap potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut
pandangan ini, manusia tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan
kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri.
John B. Watson
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada
gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka
datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa
hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka)
memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran
sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek
psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat
diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip
dalam aliran behaviorisme:
menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau
pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan.
Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan
hewan.
Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari
pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari.
Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi
fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan
belajar dari semua itu.
Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan
sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan
perilaku manusia.
B.F. Skinner
”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam
pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh.
Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard,
B.F. Skinner. Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang
ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman. Skinner,
berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi
individu .
Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan
perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi
individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi
dasar, yaitu:
Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be
controlled)
Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian
manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego
Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan
individual. Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut
mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum
behavioris sangat mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar
asosiatif atau proses belajar stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting
tentang tingkah laku manusia. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac
Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark
Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih banyak lagi lainnya.
teori belajar behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik,
meliputi:
Reinforcement and Punishment;
Primary and Secondary Reinforcement;
Schedules of Reinforcement;
Contingency Management;
Stimulus Control in Operant Learning;
The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson,
Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Kepribadian yang sehat menurut
behavioristik :
1.Memberikan respon terhadap
faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2.Bersifat sistematis dan
bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
3.Menekankan pada tingkah laku
yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.
C. ALIRAN HUMANISTIK
Psikologi
humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang
pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti :
Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional
yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti
tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta,
kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Psikologi
humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme
serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi.
Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal
mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang
kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna
menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa
perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam
diri. Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh
Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan.
Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh
faktor-faktor eksternal dari lingkungan
Dalil Utama dari Psikologi Humanistik
Dalam
mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5
(lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam
komponen-komponen;
manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan
dengan manusia lainnya;
manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain;
manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung
jawab atas pilihan-pilihanya; dan
manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari
makna, nilai dan kreativitas.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan
sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan
Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang
persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang
dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat
dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari
pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis
tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
Morris
(1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya
sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula
bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga
memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia
dapat berusaha menjadi lebih baik.
Carl Rogers
berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian
dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan
pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif
agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan
emosional antara guru dengan siswa
Teori yang dimiliki Humanistik
Berkenaan
dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan
pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup
manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan
humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia
secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah.
Tentunya hal
ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan
metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi.
Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya
tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif
sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil
pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers
dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk
dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan
pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam
melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.
Selain memberikan
sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga
memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan
pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata.
Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier
menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.
TEORI KEPRIBADIAN
SEHAT MENURUT PENDAPAT ALLPORT
D. MENURUT PENDAPAT ALLPORT
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia.
“Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi
yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”
Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke
depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang
dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh Freud.
Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport :
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang
dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang
mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai
berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan
dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain
beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan
rencana)
2. Hubungan hangat/akrab
dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan
teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai
dengan setiap orang)
3. Penerimaan
diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang
menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi
rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan
realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi.
Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam
penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik,
mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi
diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang
diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu
menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas
diri dan orang lain.
6. Filsafat
Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang
dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran
tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang
matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia
lakukan.
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
TUGAS 1
IKA DESTY WULANDARI
2PA15
15514125