LOGO
TERAPI (VIKTOR EMIL FRANKL)
I. KONSEP DASAR
Menurut Viktor Franklin logoterapi yakni corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan ( termasuk dimensi sosial). Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life). Sedang “kerohanian” (spirituality) dalam logoterapi tidak mengaandung konotasi keagamaan, tetapi lebih merupakan aspirasi manusia untuk hidup secara bermakna (Frank, 1977).
Menurut Frankl (1973:2) logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
1. Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
2. Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
3. Makna Hidup ( The Meaning Of Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya.
II. UNSUR-UNSUR TERAPI
A. Tujuan Logoterapi
- Terapis harus memperlebar dan memperluas medan visual dari klien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai yang disadari dan kelihatan oleh diri klien.
- Terapis membantu pengalaman individual yang nyata (real) dari klien sehingga ia dapat mengikuti mengikuti potensi-potensinya sehingga melampaui keadaan-keadaannya yang tidak wajar.
- Terapis harus mengingat bahwa logoterapi bukan treatment simtomatik terhadap neorosis, melainkan menangani sikap klien terhadap simtom-simtom.
B. Fungsi dan Peran Terapis
1.Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
2.Mengendalikan filsafat pribadi
3.Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.Memberi makna lagi pada hidup
5.Memberi makna lagi pada penderitaan
6.Menekankan makna kerja
7.Menekankan makna cinta
III. TEKNIK-TEKNIK TERAPI
A. Paradoxial Intention
Teknik ini memanfaatkan kemampuan insani dalam mengambil jarak dan kemampuan mengambil sikap terhadap keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Selian itu, teknik ini memanfaatkan rasa humor. Pasien diminta menyadai pola keluhannya, megambil jarak pada keluhannya itu dan menanggapi sendiri secara humoris. Teknik ini berusaha mengubah sikap takut menjadi akrab dengan pendekatan humor.
B. Dereflection
Teknik ini memanfaatkan kemampuan transendensi diri ini seseorang berupaya untuk keluar dan membebaskan diri dari kondisinyakeluhannya. Ia lebih mengeluarkan perhatiannya pada hal yang positif, bermanfaat dan bermakna bagi dirinya lalu merealisasikannya. Teknik ini berusaha mengubah sikap yang terlalu memperhatikan diri sendiri menjadi melakukan komitmen untuk melakukan sesuatu yang penting bagi dirinya.
C. Medical Ministry (Bimbingan rohani)
Roh manusia akan tetap sehat selama ia tetap sadar akan tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab merealisasikan nilai-nila, termasuk nilai – nilai yang ditemu individu. Melalui teknik bimbingan rohani, pasien yang menderita didorong kea rah sikap yang positif terhadap penderitaannya sehingga ia bisa menemukan makna hidupnya dari penderitaan tersebut. Misalnya pasien meninjau masalahnya dari segi seni, agama, dan sebagainya.
RATIONAL
EMOTIVE THERAPY (ALBERT ELLLIS)
I. KONSEP DASAR
Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
- Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat atau tidak bersumber pada pemikiran itu.
- Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional. Dengan pemikiran rasional dan inteleknyamanusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
- Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
- Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
- Berfikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol–simbol bahasa.
- Pada diri manusia terjadi self-verbalization,yaitu mengatakan sesuatu secara terus menerus kepada dirinya.
- Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan teroganisasi persepsi.
II. UNSUR-UNSUR TERAPI
A. Tujuan RET
Adapun tujuan RET adalah sebagai berikut:
- Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
- Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was–was, marah, agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai–nilai dan kepercayaan diri.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional–emotif :
- Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa–peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
- Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
- Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emo
III. TEKNIK-TEKNIK TERAPI
Teknik-teknik TER menurut Ellis:
- Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
- Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
- Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
- Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
- Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
- Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
- Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu.
- Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
- Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
- Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
TERAPI KELOMPOK
I. KONSEP DASAR
Beberapa konsep tentang kelompok telah dikemukakan oleh para ahli baik dalam buku karangan maupun dalam jurnal-jurnal kesehatan yang telah diterbitkan. Struart & Laria mengemukakan kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling tergantung dan memiliki norama yang sama (Keliat B.A & Akemat 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya seperti agresif, takut kebencian, kompetitip, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, tergantunmg bagaimana anggota kelompok dapat mengiterpretasikan segala sesuatu yang menstimulus kelompok tersebut.
II. UNSUR-UNSUR TERAPI
A. Munculnya Gangguan
Muncul dua aliran yang berbeda yang mencakup gambaran tentang proses terapi kelompok. Satu aliran memusatkan pada peraturan para anggota dan pemimpin, sementara aliran lainnya memeriksa dengan menggunakan kerangka kerja teoritis untuk memimpin kelompok.
B. Tujuan Terapi
a. Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
c. Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
d. Belajar berkomunikasi dengan orang lain
e. Belajar untuk lebih akrab dengan orang lain
f. Belajar untuk bergaul dengan sesama atau lawan jenis
g. Belajar untuk memberi dan menerima
h. Menjadi peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
i. Meningkatkan kesadaran diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih.
III. TEKNIK-TEKNIK TERAPI
Teknik-teknik Terapi:
1. Teknik yang melibatkan para anggota
2. Teknik yang melibatkan pemimpin
3. Menggunakan babak-babak terapeutik
4. Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
5. Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
6. Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi
TERAPI PERILAKU
I. KONSEP DASAR
Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
II. UNSUR-UNSUR TERAPI
A. Munculnya Gangguan
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.
B. Tujuan Terapi
Terapi behavioral memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang yang bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif.
C. Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
III. TEKNIK-TEKNIK TERAPI
1. Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning.
2. Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
3. Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan.
4. Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka.
5. Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.